Rabu, 10 April 2013

Makalah Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG)
Dalam Perikanan

DISUSUN


OLEH :


NAMA      : RAHMAD RITONGA
NIM           : 090302019









PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
20103
PENDAHULUAN

           
SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan  dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,  menyimpan dan menganalisa objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi  merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG  merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani  data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan  pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran
Secara prinsip tujuan umum pemrosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan :
  • Input
  • Manipulasi
  • Pengelolaan
  • Query
  • Analysis
  • Visualisasi
Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user, dapat dilihat pada gambar berikut:



 Komponen SIG
            Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam lima komponen utama yaitu :
  1. Perangkat keras (Hardware)
  2. Perangkat Lunak (Software)
  3. Pemakai (User)
  4. Data
  5. Metode
 Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
  • Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
  • Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.

Latar Belakang
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004, 2006). Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan.
Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan :
  • Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
  • jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
  • Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
  • mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar


Manfaat :
Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan :
  • suhu permukaan laut (SST),
  • tingkat konsentrasi klorofil-a,
  • perbedaan tinggi permukaan laut,
  • arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer.
Di bawah ini disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific (Gambar 1).  Disini terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan.
Gambar 1 memberi informasi bahwa ikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35oLU dan 160oBT bersesuaian dengan kondisi SST sekitar 20oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut berada pada posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang bertepatan dengan kondisi EKE yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi hasil tangkapan dengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hotspot) juga menkonfirmasi daerah produktif tersebut. Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatan SIG dan inderaja multi-layer tersebut.

Gambar 1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan penangkapan ikan tuna pada bulan November 2000 (resolusi semua layer citra = 9 Km) (Zainuddin, 2006).
Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido, Jepang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disni peta SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali ke selatan pada bulan November.
Gambar 2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan jumlah kapal dan hasil tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada bulan Juni (kiri) dan November (kanan) (Kiyofuji and Saitoh, 2004).



ISI

A.  Aplikasi SIG Dalam Sistim Informasi Perikanan Budidaya 
1. Alur Pikir Aplikasi SIG Dalam Perikanan Budidaya
     Alur pikir aplikasi sistim informasi geografis dalam sistim informasi perikanan budidaya dapat dijelaskan seperti pada Gambar 15.1 berikut ini.     
                    Gambar 15.1  Alur Pikir Aplikasi SIG dalam SIM budidaya
      
2.  Jenis Database Aplikasi SIG Dalam  SIM Perikanan Budidaya
a.  Jenis database perikanan budidaya
      Untuk membuat peta kelayakan lokasi berbasis geografis diperlukan database  perikanan budidaya seperti yang diuraikan pada modul XI.  Contoh database yang dibutuhkan untuk perikanan budidaya tambak  disajikan pada Tabel 15.1. 





      Tabel 15.1  Jenis data yang dibutuhkan dalam penyusunan peta kelayakan
                          lokasi budidaya tambak

No
Jenis Data
Kegunaan
Referensi
1
Tofografi (letak, elevasi dan titik nol elevasi)
Perencanaan/lay out jaringan irigasi
Bench Mark (koordinat x,y,z),  tinggi datum referensi dari mean sea level (MSL) didapatkan dengan metoda Admiralty
2
Hidrologi
Meteorologi
Debit banjir rencana
Debit andalan
Epavotranpirasi terbatas/potensial
Potensi sumber air (kuantitas/kualitas)
Ketersediaan air tawar
Debit banjir
Kebutuhan air tambak
Dampak pasang surut
Analisis meteorologi (suhu, kecepatan angin, lama penyinaran, kelembaban, evaporasi).
Manning (Q)
Pennan (Ev)
3
Hidrometri :
-Pasang surut,
-Salinitas,
-pH,
-Kecepatan/arah arus,
-Perhitungan komponen utama pasang (K1, K2, M4, MS4, P1, S1, O1 & Z0),
-Tinggi muka air laut rata-rata (MSL),
-Peramalan gerakan air laut (MSL, MLLWW, MLLWS, Zt, HAT, MHHWS, MLHWW, LAT,
- Tipe pasang surut,
- Pasang rencana,
(MHW & MLW),
- Tinggi & arah gelombang 

Mendapatkan data perilaku air laut, sungai dan anak sungai,
Untuk identifikasi kondisi daerah untuk alternatif pembuatan jaringan irigasi tambak,
Suplai air tawar dan air laur
Rmbu ukur (skala Pilshal),
Interpolasi titik air perpotongan (koefisien Chevy),
Data pasang surut bulanan (Metoda Admiralty),
Data pasang surut 30 hari pengamatan.
4
Tanah Tambak :
-Tekstur tanah (pH, C organik, N Total, phosphor, kation dapat ditukar (Ca, Mg, K & Na),
-Kapasitas tukar kation (KTK),
-Mekanika tanah,
-Daya dukung tanah,
-Klasifikasi tanah,
-Satuan petak tanah,
-Kesesuaian tanah lahan
Untuk menggambarkan kesesuaian lahan untuk budidaya,
Keadaan bawah tanah à  untuk daya dukung rencana pondasi,
Gambaran karakteristik dan penyebaran lahan à SPT1, SPT2, SPT3 dst.
Melalui metoda Fell,
Analisis laboratorium,
FAO/UNESCO,
Taxonomi tanah (USDA, 1975; PPT, 1983) dan Persamaan Turzaghi (Q utl).
5
Budidaya Tambak :
-Kondisi kualitas air (pH, suhu, DO, salinitas, alkalinitas,);
-Kondisi biologi (kelimpahan, keaneka ragaman, regularitas, plaknton, makrobenthos, nekton dan lain-lain;
-Vegetasi (kerapatan);
-Teknologi budidaya (komoditas budidaya, pola tanam/musim, pengelolaan, produksi & produktivitas, hama & penyakit, pasca panen dan lainnya;
-Kelayakan lokasi;
-Aspek ekonomi/aspek finansial (IRR, NVP, PBP) dan lain-lain;
Mengetahui informasi kondisi sesungguhnya;
Faktor pendukung dan permasalahan;
Tanggapan petani;
Dan lain-lain
Dirjen Perikanan Budidaya (2007),
Kementerian Lingkungan Hidup (2004),
Indeks Shannon,
Indeks Kerapatan,

6
Aspek Lingkungan :
-Landasan Hukum;
-Fungsi & Tujuan à komponen lingkungan (identifikasi)
-Ruang Lingkup à UPL/UKL yang akan dilakukan
Informasi lingkungan;
Mengetahui dampak langsung & tidak langsung;
Penjelasan/informasi kegiatan;
Informasi komponen lingkungan dan dampaknya
UU no 5 tahun 1990 ttg konservasi SDA, UU no 24 1992 tentang penataan ruang, 
PP no 37 tahun1991 ttg AMDAL
Kepmen Lingkungan Hidup tahun 2004
Dan lain-lain

B.  Aplikasi SIG Dalam Sistim Informasi Perikanan Tangkap.
1.  Alur Pikir Aplikasi SIG Dalam SIM Perikanan Tangkap.
Pemikiran untuk pemanfaatan SIG dalam penangkapan ikan diawali dengan kenyataan bahwa nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan banyak mengalami kegagalan dan biaya tinggi karena tidak menentunya lokasi daerah penangkapan ikan. 
Mencermati masalah tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang zona potensial penangkapan serta pola migrasi ikan kembung (Rastrelliger spp), sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan terarah.  Dimana pendekatan yang dapat dilakukan yaitu melalui pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang merupakan suatu sistem berbasis komputer yang dapat digunakan  sebagai alat dalam kegiatan eksplorasi daerah potensial penangkapan ikan secara geografis dan menunjang pengelolaan sumberdaya yang berwawasan lingkungan; serta pendekatan/pemanfaatan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) yang merupakan model spasial yang bermanfaat untuk menghasilkan berbagai informasi turunan melalui proses interpretasi.  Alur pikir pemanfaatan SIG dalam perikanan tangkap disajikan pada Gambar 15.3.
 













2.  Database Aplikasi SIG Dalam SIM Perikanan Tangkap
a.  Tahapan pengumpulan data.
     1) Tahap persiapan
      Tahap ini meliputi studi pendahuluan yaitu studi literatur, observasi lapangan, pengambilan data sekunder, konsultasi dengan beberapa pihak terutama dosen pembimbing dan menyiapkan peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian.
2)      Tahap penentuan stasiun
       Penentuan stasiun dilakukan berdasarkan titik daerah penangkapan nelayan, dengan berdasarkan informasi daerah dan musim penangkapan dari nelayan setempat, agar daerah yang diamati adalah daerah tempat ikan tertangkap.  Selain itu, penentuan stasiun juga berdasarkan informasi prediksi daerah penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).
3)      Tahap pengambilan data    
       Kajian ini dapat menggunakan data dari dua kelompok data yaitu data sekunder dan data primer.  Data sekunder berupa data citera dari NASA berupa data SST dan klorofil-a dari satelit aqua/modis dan data kedalaman dari sensor altimetry, dan prediksi daerah penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).
        Data primer adalah data hasil pengamatan langsung dilapangan dengan terlibat langsung pada operasi penangkapan ikan.  Pengumpulan data primer meliputi :

·         Pengukuran suhu.

      Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan fish finder.  Pengukuran dilakukan pada permukaan laut di lokasi penangkapan masing-masing alat tangkap, saat kegiatan hauling telah selesai.

·         Pengukuran Arus

     Arus diukur dengan  menggunakan current meter yang dilakukan pada setiap kegiatan hauling selesai dilaksanakan.

·         Pengukuran Salinitas

      Salinitas diukur dengan  menggunakan Salinometer  yang dilakukan pada setiap hauling selesai dilaksanakan.
  • Pengukuran kedalaman
      Kedalaman perairan di ukur dengan menggunakan fish finder atau batu duga yang dilakukan pada setiap kegiatan hauling selesai dilaksanakan.

·         Pengukuran Kandungan Klorofil-a

      Sampel air laut diambil dengan menggunakan kemmerer water sampler pada lapisan renang ikan, kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan disimpan di dalam coolbox agar sampel air tidak terkena cahaya matahari, sehingga metabolisme klorofil-a dapat terhenti.  Pengambilan sampel dilakukan pada setiap kegiatan hauling selesai dilaksanakan.  Kemudian selanjutnya pengukuran kandungan klorofil-a dilakukan di Laboratorium .

·         Pencatatan Data Hasil Tangkapan

      Data hasil tangkapan meliputi : komposisi jumlah dan jenis serta total hasil tangkapan setiap Hauling. Pengambilan data dilakukan dengan cara menimbang hasil tangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger spp) dan jenis hasil tangkapan lainnya dengan menggunakan timbangan pada setiap kegiatan hauling selesai dilaksanakan.
  • Pencatatan posisi (lintang dan bujur)
     Pengambilan titik koordinat (lintang dan bujur) pada daerah dimana dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).  Jumlah titik koordinat yang diambil adalah minimal 100 titik penangkapan yang diambil dari titik penangkapan.
  • Pencatatan waktu pengambilan data
      Pencatatan data waktu: tahun, bulan, hari/tanggal, jam, dan umur/fase bulan dilakukan pada saat hauling.
  • Data-data lainnya
      Data penunjang seperti ukuran kapal, jaring dan alat bantu yang digunakan, proses penangkapannya, serta daerah dan musim penangkapan. Pengambilan datanya dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung dengan nelayan.

C.  Aplikasi SIG Dalam Sistim Informasi Pengelolaan Sumberdaya Ikan
1.  Alur Pikir Aplikasi SIG Dalam SIM Pengelolaan SDP
     Salah satu dari bentuk pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir adalah penataan ruang kawasan pesisir dan laut.  Penata ruang umumnya didasarkan pada tiga kriterian kesesuaian yaitu : kesesuaian fisik dan daya dukung (ekologis), kesesuaian ekonomi, dan kesesuaian sosial , budaya dan hukum.  Proses dan tahapan penataan ruang disajikan pada Gambar 15.7 dan 15.8 sedang alur kegiatan penataan ruang disajikan pada Gambar 15.9.
2.  Database Aplikasi SIG Dalam SIM Pengelolaan SDP
     Sumberdaya perikanan dan pesisir dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan ekonomis dengan berbagai cara dan metoda pengelolaan.  Database pengelolaan sumberdaya perikanan tergantung dari tujuan pengelolaan dan atau pemanfaatan.  Sebagai contoh database untuk pemanfaatan dan atau pengelolaan kawasan pesisir peruntukan pariwisata 
3.  Pemetaan Wilayah Pesisir Berbasis SIG
      Pemetaan  kawasan pesisir dan laut dapat dilakukan sesuai tujuan dan sasaran.  Misalnya untuk melakukan pengaturan penangkapan ikan dan pencegahan konflik dapat dilakukan zonasi daerah penangkapan ikan (Gambar 15.10), untuk optimalisai pemanfaatan ruang dan pencegahan konflik kepentingan dapat dibuat peta tata ruang kawasan pesisir dan laut





KESIMPULAN


       Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan : suhu permukaan laut (SST), tingkat konsentrasi klorofil-a, perbedaan tinggi permukaan laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer.



















DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2003.  Defining Goals and Objectives for System Development. 

Anonim, 2007.  Fisheries Information System, National Joint Decision. NOAA  Fisheries Information System http://w.w.w.st.nmfs.noaa.gov/fis/ . diakses 24/08/2010.
http:// beritabumi.or. id. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013
http://library.pelangi.or.id. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013






Tidak ada komentar:

Posting Komentar